Sabtu, 06 Juni 2015

Si Penghasil Racun (Clostridium perfringens )

Si Penghasil Racun
(Clostridium perfringens )

·        >  Apa bakteri Clostridium perfringens  itu?




Klasifisikasi :

Kingdom        : Bacteria
Filum              : Firmicutes
Class               : Clostridia
Order               : Clostridiales
Family             : Clostridiaceae
Genus              : Clostridium
Species            : Clostridium perfringens

Bakteri Clostridium perfringens merupakan salah satu bakteri pathogen invasive gram positif yang memiliki bentuk batang, non motil dan juga termasuk kedalam kelompok pembentuk endospore yang merupakan penyebab terjadinya keracunan pada pangan. Bakteri Clostridium perfringens  juga termasuk kedalam bakteri anaerob. Suhu yang dibutuhkan bakteri ini untuk pertumbuhan sel vegetatifserta germinasi spora dan tumbuh kembali bervariasi antara suhu 10-520C, dengan suhu optimumnya sekitar 450C. Pada suhu optimum bakteri ini bermultiplikasi sel dengan sangat cepat, lamanya kira-kira 9 menit (Ray : 2001).
Secara alami Bakteri Clostridium perfringens hidup atau dapat ditemukan di tanah dan flora normal dari saluran usus manusia serta hewan-hewan tertentu yang mana dapat ditularkan melalui bahan makanan tapi terutama oleh air.
Berdasarkan pertumbuhan, bakteri ini termasuk kedalam golongan bakteri proteolitik yaitu bakteri yang memproduksi enzim proteinase ekstraseluler. Enzim ini berfungsi untuk memecah protein yang diproduksi di dalam sel yang kemudian dilepaskan keluar sel (Wisconsin Department of Health Service :2011). Semua enzim di dalam selnya memiliki enzim proteinase, tapi tak semua enzim mempunyai enzim proteinase ekstraseluler. Bakteri Clostridium perfringens ini pembentukan sporanya bersifat puteraktif yaitu memecah protein secara anaerobic dan memproduksi komponen-komponen yang baunya busuk contohnya hydrogen sulfide, sulfida, merkaptan, amin, indol, skatol dan asam-asam lemak (Srikandi : 1992).
Bakteri Clostridium perfringens pada umumnya merupakan bakteri yang bersifat pathogen pada manusia dan hewan. Maksud dari Pathogen adalah sifat suatu mikroorganisme yang dapat membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inangnya. Hal ini terjadi karena ketika mikroorganisme masuk ke inang dan masuk kedalam jaringan tubuhnya, maka mikroorganisme ini akan memperbanyak diri, dan dapat menimbulkan infeksi. Dan Jika keadaan inangnya rentan terhadap infeksi atau dalam arti sistem pertahanan diri atau sistem imunitasnya sedang rendah, maka hal ini dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit.
Bakteri ini dapat meghasilkan banyak eksotoksin. Karena bakteri ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan spora. Spora-spora Clostridium perfringens ini akan membentuk suatu strain atau barisan spora. Ada 5 buah  strain Clostridium perfringens yang saat ini dikenal dunia dan 5 strain ini sama-sama memberikan efek toksin yang mematikan. Sebenarnya, bakteri Clostridium perfringens dapat menghasilkan 15 macam toksin yang berbeda-beda, akan tetapi hanya ada 4 toksin yang paling banyak ditemui yaitu toksin Alfa, Beta, Epsilon, dan Iota. Spora bakteri ini tahan akan suhu ekstrim akan tetapi, ketahanan terhadap suhu ekstrim ini bervariasi setiap strainnya. Spora yang tahan akan panas pada umumnya membutuhkan heat shock 75-100 0 C dalam waktu 5 - 20 menit untuk proses germinasi (perubahan spora menjadi bentuk sel vegetatif).
Setiap strain dapat menyebabkan penyakit yang berbeda- beda dari yang penyakit ringan tanpa pengobatan hingga menyebabkan gastroenteritis berat, yang mana sering berakibat fatal. Jika terinfeksi bakteri Clostridium perfringens  pada umumya ditandai dengan kram perut dan diare secara intes mulai dari 8 jam hingga 22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung bakteri Clostridium perfringens. Bakteri Clostridium perfringens  mampu memproduksi toksin keracunan makanan dan penyakit ini bisa berlangsung sekitar 24 jam.   
Proses patogenesisnya bakteri Clostridium perfringens ini pertama, spora klostridia akan mencapai jaringan dengan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terluka (tanah, feses) atau dari saluran usus. Spora berkembangbiak pada keadaan potensial reduksi-oksidasi rendah, sel-sel vegetative berkembangbiak, meragikan karbohidrat yang terdapat dalam jaringan dan membentuk gas. Peregangan jaringan dan gangguan aliran darah, bersama-sama dengan sekresi toksin yang menyebabkan nekrois dan enzim hialuronidase dapat mempercepat penyebaran infeksi. Nekrosis jaringan bertambah luas, memberi kesempaan untuk peningkatan pertumbuhan bakteri, anemia hemolitik, dan akhirnya toksemia berat dan kematian. Menurut artikel yang saya baca di http://medicastore.com hal itu bisa dihindari jika pengolahan dan penyimpanan makanan dilakukan dengan baik dan benar. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari bakteri Clostridium perfringens dan jenis bakteri pembusuk lainnya dapat dilakukan beberapa cara dibawah ini :
- memasak makanan seperti daging atau makanan lain harus dengan suhu yang dianjurkan. Jika makanan tersebut tidak habis, maka disimpan dengan suhu yang lebih hangat (>600C) atau pada suhu dingin (<50C). hal ini dapat mencegah pertumbuhan spora bakteri.
- makanan yang sudah lama bias berbahaya jika dimakan, walaupun makanannya masih terlihat bagus.
- makanan yang mengandung daging harus segera disajikan panas-panas setelah dimasak.
Dan untuk jika terinfeksi pengobatannya dengan cara pemberian cairan dan istirahat yang cukup dan pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena hasil penelitian Teuber (1999) tentang kepekaan C. perfringens terhadap antimikroba dari sampel feses babi menunjukkan telah terjadi multiresisten terhadap antibiotika, yaitu tetrasiklin, eritromisin, linkomisin dan klindamisin. Sedangkan penelitian Traub et al. (1986) pada 23 jenis antimikroba, menunjukkan resistensi C. perfringens tipe A terhadap klindamisin, josamisin, tetrasiklin dan  kloramfenikol. Teuber dan Perretten (2000), mengemukakan bahwa resistensi antimikroba dari bakteri komensal dan patogen yang potensial merupakan ancaman, karena melalui pangan sifat resistensi dapat dipindahkan dari mikroflora hewan ke mikroflora manusia.

Daftar Pustaka :

Fardiaz, Srikandi. Mikrobiologi pangan I.PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. 1992.
Ray,  B.  FundamentaFood  Microbiology.  Edisi  ke-2.  Boca  Raton:.CRC Press. 2001.
Wisconsin Department of Health Service. Clostridium perfringens. Local Public Health    Departement. 2011.
Anonim. Keracunan makanan akibat bakteri Clostridium perfringens.  http://medicastore.com/penyakit/457/Keracunan_Makanan_Akibat_Clostridium_perfringens.html . diakses pada tanggal 4 juni 2015 pukul 19.05 wib.


Maya Purwanti, dkk. PERTUMBUHAN Bacillus cereus DAN Clostridium perfringens PADA MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN YANG DIKONSUMSI BALITA PENDERITA GIZI BURUK http://journal.ipb.ac.id/index.php/forumpasca/article/viewFile/5058/3477 . 2008 Diakses pada tanggal 5 juni 2015 pukul 21.52 wib.                        

62 komentar:

  1. paparan yang bagus teh. saya hanya melengkapi saja paparan teteh tentang antisipasi yg dapat dilakukan kita guna mebgurangi resiko terinfeksi bakteri ini.

    Bakteri ini dapat tumbuh cepat pada makanan yang telah dimasak dan menghasilkan enterotoksin yang dapat mengakibatkan penyakit diare. Sayuran dan buah-buahan akan terkontaminasi sporanya melalui tanah. Makanan asal hewan (daging dan olahannya) akan terkontaminasi melalui proses pemotongan dengan spora dari lingkungan atau dari saluran usus hewan yang dipotong. Makanan-makanan kering sering menjadi sumber bakteri ini dan pembentuk spora lainnya. Ketahanan spora bakteri ini terhadap panas bervariasi di antara strain. Secara garis besar spora dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu spora yang tahan panas (90° Celsius selama 15 sampai 145 menit) dan spora yang tidak tahan panas (90° Celsius, 3 sampai 5 menit). Spora yang tahan panas secara umum
    membutuhkan heat shock 75-100 derajat Celsius selama 5 sampai 20 menit untuk proses germinasi (perubahan spora menjadi bentuk sel vegetatif). Keracunan makanan oleh Clostridium perfringens hampir selalu melibatkan peningkatan temperatur dari makanan matang. Hal ini dapat dicegah dengan cara makanan matang segera dimakan setelah dimasak, atau segera disimpan dalam refrigerator bila tidak dimakan, dan dipanaskan kembali sebelum dikonsumsi untuk membunuh bakteri vegetatif.

    kemudian tentang caracara penularan, semuanya ada di link ini https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/clostridium-perfringens-upload.pdf

    itu saja teh, terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih eca atas tambahannnya.. Sangat bermanfaat sekali untuk saya dan para pembaca yg lainnya. :)

      Hapus
  2. artikel ini bagus , tapi cara Pencegahan Clostridium perfringens secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan yang dimasak, dipanaskan dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi. Resiko paling besar adalah kontaminasi silang, yakni apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan (misalnya alas pemotong) yang terkontaminasi.
    keterangan lebih lanjut lihat link (http://www.food-info.net/id/bact/clper.htm) Semoga mermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya trimakasih banyak ya far atas tambahannya .. Sangat bermanfaat sekali..
      Iya memang alat pemotongan hewan yang tidak higienis bisa menjadi salah satu faktor penyebaran bakteri ini.. Maka dari itu kita harus lebih berhati hati lagi jika memotong hewan :D

      Hapus
  3. Haii ghinaaa ;) artikel yang cukup lengkap deskripsinya tentang bakteri Clostridium perfringens yang dapat menyebabkan penyakit ;) saya ingin menambahkan informasi terkait tentang bakteri tersebut . penyakit perfringens dapat menyebabkan keracunan makanan oleh gastroenteritis dari mengkonsumsi sel vegetatif. Toksin A dapat diproduksi oleh bakteri dalam saluran usus yang juga dapat menyebabkan penyakit makanan yang dikonsumsi. Gejala ini timbul seperti kram pertu, diare, dan mual yang berlangsung selama 8-24 jam. Cara pengendalian penyakit ini bisa diatasi dengan :
    • Benar –benar memasak daging dan daging unggas secara matang
    • Panaskan makanan pada suhu 165ºF selama 15 detik.
    • Makananan yang di dinginkan 41ºF atau di bawah. Suhu tsb Makanan harus mencapai 41ºF dalam waktu 4 jam.
    • Teknik pendinginan yang tepat diperlukan untuk mencegah spora
    Sumber : https://food.unl.edu/safety/perfringens
    terimakasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai ka firda :)
      Sebelumnya trimakasih ya ka atas tambahannya.. Sangat bermanfaat sekali.. Iya ka benar yg kata kaka tambhkan.. Kita harus lbh berhati hati lagi menjaga makann yang akan dimakan.. Karena penyebaran bakteri ini sangat cepat sekali. :)

      Hapus
  4. Artikel yang di paparkan oleh gina sangat menarik dan sudah mencakup semua bahasan ya gina, namun saya hanya ingin menambahkan gejala-gejala Keracunan makanan ´perfringens´ merupakan istilah yang digunakan untuk keracunan makanan yang disebabkan oleh C. perfringens . Penyakit yang lebih serius, tetapi sangat jarang, juga disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi strain Type C. Penyakit yang ditimbulkan strain type C ini dikenal sebagai enteritis necroticans atau penyakit pig-bel .
    Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C. perfringens penghasil toxin penyebab keracunan makanan. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 24 jam, namun pada beberapa individu, gejala ringan dapat berlanjut sampai 1 hingga 2 minggu. Beberapa kasus kematian dilaporkan akibat terjadi dehidrasi dan komplikasi-komplikasi lain.
    Necrotic enteritis (penyakit pig-bel ) yang disebabkan oleh C. perfringens sering berakibat fatal. Penyakit ini juga disebabkan karena korban menelan banyak bakteri penyebab penyakit dalam makanan yang terkontaminasi. Kematian karena necrotic enteritis ( pig-bel syndrome ) disebabkan oleh infeksi dan kematian sel-sel usus dansepticemia (infeksi bakteri di dalam aliran darah) yang diakibatkannya. Penyakit ini sangat jarang terjadi.
    Dosis infektif – Gejala muncul akibat menelan sejumlah besar (lebih dari 10 8 ) sel vegetatif. Produksi racun di dalam saluran pencernaan (atau di dalam tabung reaksi) berhubungan dengan proses pembentukan spora. Penyakit ini merupakan infeksi pada makanan; hanya satu sajian memungkinkan terjadinya keracunan (penyakit timbul karena racun yang terbentuk sebelum makanan dikonsumsi). http://www.food-info.net/id/bact/clper.htm dan ada cara pengobatannya dapat di lihat di sini : https://id.scribd.com/doc/41988424/CLOSTRIDIUM-PERFRINGENS
    Semoga bermanfaat ya gina

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai festi..
      Trimakasih festi sudah berkenan berkomentar di blog ini ..
      Iya fes saya setuju dengan festi memang benar apa yg festi tambahkan di atas.. Banyak sekali gejala yang timbul sesuai dengan type toksinnya.. Dan bakteri ini bisa menyebabkan penyakit memang tergantung pada antibodi dan banyak mikroorganisme yg masuk keadalam usus kita gejala yang muncul ketika mikroorgnisme yg masuk itu melebihi standar..
      Trimakasih festi atas tambahannya.. Sangat bermanfaat sekali :)

      Hapus
  5. Artikel gina sangat informatif^^ ayu baru tau ternyata Bakteri Clostridium perfringens bersifat pathogen. Ayu hanya sedikit menambahkan bahwa Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging mentah, unggas, dan bahan pangan kering.
    Menurut referensi yang ayu baca, Clostridium perfringens dapat menghasilkan enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam usus. Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8 - 24 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah besar. Di dalam usus, sel - sel vegetatif bakteri akan menghasilkan enterotoksin yang tahan panas dan dapat menyebabkan sakit.
    Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala dapat berlanjut selama 12 - 48 jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1- 2 minggu (terutama pada anak - anak dan orang lanjut usia). Gina bisa lihat lebih jelasnya direferensi ini terimakasih ^^
    http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih ayu sudah berkenan berkomentar di blog ini :D
      Dan trimakasih juga ya atas informasi tambahnnya sangat bermanfaat sekali bagi saya dan para pembaca yang lainnya :)

      Hapus
  6. Good Job Gina Artikel yang keren dengan bakteri si penghasil racun ^^
    Wah memang benar Clostridium perfringens merupakan jenis mikroorganisme atau bakteri yang umumnya menyebabkan penyakit karena bersifat patogen pada manusia dan hewan.
    Izin menambahkan ya berikut adalah poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi mikrobia yang kemungkinan menjadi penyebab dalam kasus keracunan ini:
    a.Yang diduga menjadi penyebab keracunan adalah daging ayam olahan, yang nantinya akan dimasak sendiri-sendiri oleh konsumen dalam berbagai jenis, seperti opor ayam, ayam goreng, dan lainnya.
    b.Ayam dibeli pada siang hari. Kemungkinan di konsumsi untuk makan siang dan makan malam.
    c.Gejala keracunan yang dirasakan : mual-mual, demam tinggi, diare dan kepala terasa pusing.
    d.Korban berupa orang dewasa, balita, dan anak-anak.
    e.Waktu inkubasi yang pendek, sebagian korban mengkonsumsi daging ayam tersebut pada siang hari, dan sebagian lagi di sore hari (saat maghrib) dan gejala keracunan dirasakan pada malam harinya pukul 21.00
    Apabila ditelusuri dari poin-poin penting diatas, maka Clostridium perfringens menjadi salah satu mikrobia yang kemungkinan mengkontaminasi daging ayam tersebut.
    Clostridium perfringens diyakini sebagai penyebab dari adanya kejadian enteritis nekrotika pada ayam pedaging.
    Semoga bermanfaat https://www.academia.edu/6738603/Perfringens-edited_dikit :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya Trimakasih nila sudah berkenan berkomentar di blog ini :D
      Iya benar yang nila tambahkan saya setuju.. Memang daging .. Baik daging ayam atau lainnya menjadi saaaran empuk bakteri ini..
      Kenapa inkubasi pendek.. Siang makan malamnya timbul gejala.. Karena bakteri ini berkembang dengan sangat cepat..
      Maka dari itu ayo kita jaga keberdihan makann dan lbh berhati hati lagi dalam memilih dan memilah makann :D
      Trimakasih juga ya atas tambahannya :)

      Hapus
  7. artikel yang sangat bagus Ghina, setuju sama Ghina bahwa Clostridium perfrigens menyebabkan keracunan makanan, Clostridium perfrigens juga menyebabkan clostridial myonecrosis, clostridial cellulitis, necrotic enteritis . clostridial myonecrosis (gas gangren) merupakan infeksi pada jaringan otot oleh exotoxin alpha dan tetha yang diproduksi bakteri (http://www.phac-aspc.gc.ca/lab-bio/res/psds-ftss/clostridium-perfringens-eng.php) terima kasih Ghina

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih lia atas persetujuannya.. Dan tambahannya.. :)

      Hapus
  8. saya setuju dengan artikel Ghina bahwa bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan. bakteri ini memang sering ditemukan di usus halus manusia maupun hewan. biasanya bakterini ini ada karena makanan yg dikonsumsi telah terkontaminasi Clostridium perfringens.. seperti makan makanan yg mentah juga dapat mengakibatkan munculny bakteri ini..

    terimakasih Ghina.. :D

    sumber:
    Admin. Keracunan Makanan Akibat Clostridium perfringens. http://medicastore.com/penyakit/457/Keracunan_Makanan_Akibat_Clostridium_perfringens.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih firda.. Maka dar itu ayoo kita jaga makann yang akan kita makan :)

      Hapus
  9. artikel yang menarik ghina, dan saya dapat menyimpulkan ternyata bakteri dengan genus Clostridium ini kebanyakan memang penyebab keracunan makanan . Dari sekian banyak populasi manusia di muka bumi ini, anak-anak dan orang tualah yang paling sering menjadi korban keracunan perfringens. Kecuali dalam kasus pig-bel syndrome , hanya sedikit komplikasi yang terjadi pada orang di bawah usia 30 tahun. Orang-orang tua lebih mungkin mengalami gejala dalam waktu lebih lama atau lebih parah.
    sumber http://www.food-info.net/id/bact/clper.htm

    hatur nuhun, gomawoyo teh ghin :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih amel sudah berkenan berkomentr di blog ini :)
      Iya amel.. Memang benar orang yng diatas 30 tahun itu lebh mungkin terkna bakteri ini karena Sistem imunitasnya semakin menurun dan memudahkan bakteri untuk masuk ke dalam tubuhnya.. Trimakasih amel atas tambahannya :)

      Hapus
  10. Trimakasih atas informasinya gina sangat informatif.
    saya ijin berbagi Berikut adalah poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi mikrobia yang kemungkinan menjadi penyebab dalam kasus keracunan ini:
    a.Yang diduga menjadi penyebab keracunan adalah daging ayam olahan, yang nantinya akan dimasak sendiri-sendiri oleh konsumen dalam berbagai jenis, seperti opor ayam, ayam goreng, dan lainnya.
    b.Ayam dibeli pada siang hari. Kemungkinan di konsumsi untuk makan siang dan makan malam.
    c.Gejala keracunan yang dirasakan : mual-mual, demam tinggi, diare dan kepala terasa pusing.
    d.Korban berupa orang dewasa, balita, dan anak-anak.
    e.Waktu inkubasi yang pendek, sebagian korban mengkonsumsi daging ayam tersebut pada siang hari, dan sebagian lagi di sore hari (saat maghrib) dan gejala keracunan dirasakan pada malam harinya pukul 21.00. Apabila ditelusuri dari poin-poin penting diatas, maka
    Clostridium perfringens
    menjadi salah satu mikrobia yang kemungkinan mengkontaminasi daging ayam tersebut.
    Clostridium perfringens
    diyakini sebagai penyebab dari adanya kejadian enteritis nekrotika pada ayam pedaging
    https://www.academia.edu/6738603/Perfringens-edited_dikit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih syifa sudah berkenn berkomentar di blog ini :)
      Tambahan syifa sma sperti nila..
      Trimakasih ya syifa atas tambahannya:)

      Hapus
  11. artikel yang menarik dan informatif dari ghina, memang benar ternyata bakteri ini merupakan penghasi racun khususnya bagi makanan ya... penjelasan yang dipaparkan oleh gina juga sudah sangat lengkap dan jelas. saya hanya ingin sedikit memperkuat kebenaran tentang bakteri ini yang dapat menghasilkan racun. Kusnadi, dkk (2003) menjelaskan bahwa bakteri penghasil racun (enterotoksin atau eksotoksin) dapat mencemari badan air, misalnya spora Clostridium perfringens, C. Botulinum, Bacillus cereus, dan Vibrio parahaemolyticus. Spora dapat masuk ke dalam air melalui debu/tanah, kotoran hewan, dan makanan-limbah. Jika makanan atau minuman dan air bersih tercemari air tersebut, maka dalam keadaan yang memungkinkan, bakteri tersebut akan mengeluarkan racun sehingga makanan atau minuman mengandung racun dan bila dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan makanan. Bahkan menurut Dwidjoseputro (2005) pada makanan yang telah dipasteurisasi pun juga dapat mengandung racun (toksin) . Makanan yang telah dipasteurisasi kemudian terus menerus disimpan di dalam kaleng pada temperatur kamar, dapat mengandung racun yang berasal dari Clostridium botulinum. Spora-spora dari bakteri ini tidak mati dalam proses pasteurisasi. Dalam keadaan tertutup (anaerob) dan suhu yang menguntungkan, maka spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri serta menghasilkan toksin. Racun yang dihasilkan tidak mengganggu alat pencernaan, melainkan mengganggu urat saraf tepi.
    sumber: http://www.iqbalali.com/2012/11/peran-mikroba-dalam-kehidupan.html
    terima kasih informasinya ghina, good job! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih putri atas tambahannya.. Sangat bermanfaat bagi saya dan para pembaca yg lainnya :)

      Hapus
    2. Trimakasih putri atas tambahannya.. Sangat bermanfaat bagi saya dan para pembaca yg lainnya :)

      Hapus
  12. haitehginaaa... artikelnya sangat menarik dan informatif yah.. jadi ternyata kita harus selalu waspada saat memasak makanan...
    beberapa temabhan dr teman-teman pun sudah sangat 7nspiraif yah.. dan saya hanya ingin menambahkan, bahwa ternyata selain menyerang makanan seperti daging.. bakteri ini ditemukan di susu mentah dan pasa keju loh teh.. namun yang ditemukan adalah bentuk sporanya , dan mendapatkan energi dr susu dengan memfermentasi
    berbagai karbohidrat menjadi asam butirat dan asam asetat. sekian teh (sumber : http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/39470.pdf )

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mazidut.. Trimakasih ya atas tambahnnya sangat bermanfaat sekali..
      Bertambah wawasan saya dan para pembaca yg lainnya .. Ternyatabakteri ini ditemukan di susu mentah dan pasa keju loh teh.. namun yang ditemukan adalah bentuk sporanya , dan mendapatkan energi dr susu dengan memfermentasi
      berbagai karbohidrat menjadi asam butirat dan asam asetat.
      Trimkasih mazidah :)

      Hapus
  13. nice :) setuju banget sama kutipan yang ini "patogenesisnya bakteri Clostridium perfringens ini pertama, spora klostridia akan mencapai jaringan dengan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terluka" menurut artikel yang saya baca pula memang bakteri tersebut juga merupakan salah satu penyebab utama infeksi luka (sumber : https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/clostridium-perfringens-upload.pdf)

    izin menambahkan ya teteh Gina :) ternyata C. perfringens juga bisa menyebabkan banyak penyakit serius pada hewan termasuk:
    - Enteritis nekrotik di babi muda dan jarang muda spesies lain
    - Enterotoxaemia domba, sapi, dan kadang-kadang spesies lainnya
    - Domba disentri
    - Enteritis nekrotik pada unggas
    (baca selengkapnya di http://www.infectiologie.com/site/medias/_documents/officiels/afssa/Cperf090207.pdf)

    teşekkür ederim Gina :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih ya indah atas tambahannya .. Sangat bermanfaat sekali ..
      Nanti Saya akan membaca link yg udah indah kasih .. :)

      Hapus
    2. oke Ghina, makasih kembali telah menanggapi comment saya :)

      Hapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  15. Setuju dengan penjelasan di atas, bakteri tersebut dapat menyebabkan diare. Karena dari sumber yang saya baca bahwa bakteri Clostridium perfringens termasuk ke dalam kelompok yang dapat menyebabkan keracunan bersama dengan bakteri lainnya, http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/0208.pdf
    Artikel yang sangat baik, terima kasih gina :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih ana atas persetujuan dan tambahannya .. Sangat bermanfaat sekali.. :)

      Hapus
  16. Nice artikel teh :) sependapat dengan teteh mengenai gastroenteritis ada banyak cara gastroenteritis dapat menyebar:
    Kontak dengan seseorang yang memiliki virus
    Makanan yang terkontaminasi atau air
    Tangan dicuci setelah pergi ke kamar mandi atau mengganti popok
    Penyebab paling umum gastroenteritis adalah virus. Gastroenteritis flu dapat disebabkan oleh berbagai macam virus. Jenis utama adalah rotavirus dan norovirus.
    Semoga teteh berkenan, seomoga manfaat terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih heti atas tambahannya.. Sangat bermanfaat sekali ..
      Maka dari itu ayo kita lbh menjaga kebersihan makann yang akan kita makan :)

      Hapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. artikel yang bagus gina :)

    membuka wawasan sekali ya, bahwa keracunan makanan yang sring dkita jumpai ini disebabkan bakteri Clostridium perfringens. jadi kita harus hati-hati ya dalam memakan makanan yang tidak kita masaka sendiri, tingkat kebersihan pada makanan harus diperhatian. tetapi, kita pun sebagai target si bakteri ini harus juga dalam keadaaan bersih, misalanya jika sebelum makan harus cuci tangan dahulu. ini penting karna bisa jadi bakterinya ada pada tangan kita.apalagi bagi anak kecil yang belum bisa merawat diri, kitas sebagai orang dewasa wajib memperhatikan ini.

    menurut literatur yang saya baca, faktor yang mempengaruhi perkembangbiakan bakteri ini di dalam makanan adalah temperatur dan waktu, kelembaban, keasaman (PH), jenis makanan, adanya bahan kimia dan jasad renik penghambat pertumbuhan secara bersamaan. bakteri ini memperbanyak diri pada suhu 15-50 C. suhu tumbuh optimal pada 43-45 C. pada suhu 50 C, pertumbuhan akan berlangsung dalam kecepatan minimal dan diatas 55 C proliferasi sel akan terhenti sama sekali.

    informasi diatas bisa dilihat selengkapnya di link berikut :
    https://books.google.co.id/books?id=j3kPMN16JGkC&pg=PA86&lpg=PA86&dq=mencegah+bakteri+clostridium+perfringens&source=bl&ots=Em7lnsgpCB&sig=B_k0tc7FsO2MUzDN4PKQYtjYNjQ&hl=en&sa=X&ved=0CDwQ6AEwBDgKahUKEwiP6vm-hoTGAhUFMKYKHQQ_AA4#v=onepage&q=mencegah%20bakteri%20clostridium%20perfringens&f=false

    nuhun, semoga bermanfaat ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih euis atas tambahannya.. Sangat bermanfaat sekali..
      Saya setuju dengan euisfaktor yang mempengaruhi perkembangbiakan bakteri ini di dalam makanan adalah temperatur dan waktu, kelembaban, keasaman (PH), jenis makanan, adanya bahan kimia dan jasad renik penghambat pertumbuhan secara bersamaan.
      Trimakasih euis:)

      Hapus
  19. Good Job! Artikel yang dibuat sangat informatif dan menambah wawasan baru bagi saya khususnya. Sedikit menambahkan ya Gina bahwa Clostridium perfringens memiliki tipe patogen yaitu tipe A dan F yang pathogen untuk manusia. Tipe A menyebabkan gas gangrene & keracunan makanan. Kuman-kuman tipe A membuat tosin alfa & beta, sporanya tahan terhadap pemanasan, tidak hemolitik. Masa inkubasi berlangsung 10 – 12 jam, timbul gejala rasa sakit pada perut, muntah. Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C. perfringens penghasil toxin penyebab keracunan makanan. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 24 jam, namun pada beberapa individu, gejala ringan dapat berlanjut sampai 1 hingga 2 minggu. Beberapa kasus kematian dilaporkan akibat terjadi dehidrasi dan komplikasi-komplikasi lain yang diakibatkan oleh bakteri ini. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan, penderita diberi cairan dan dianjurkan untuk istirahat. Pada kasus yang berat, diberikan penicillin. Jika penyakit ini sudah merusak bagian dari usus halus, mungkin perlu diangkat melalui pembedahan.
    Sumber: http://air.manfaatcara.com/search/Kebaikan+Dan+Kegunaan+Clostridium+Perfringens
    Terima kasih^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimkasih evin atas tambahannya.. Sangat bermanfaat sekali bagi saya dan pembaca yg lainnya .. Dan menambah wawasan kita akan bakteri ini :)

      Hapus
    2. Kembali kasih Ghina^^
      Informasi yang dipaparkan pada artikel diatas juga sangat bermanfaat bagi saya khususnya. Jadi menambah pengetahuan dan wawasan baru.

      Hapus
  20. Artikelnya sangat bagus Gina, sangat informatif sekali :)
    Saya setuju dengan penjelasan bahwa untuk mengatasi penginfeksian makanan oleh bakteri Clostridium perfringens haruslah memasak makanan hingga matangseperti makanan yang berasal dari daging dan masakan yang sudah lama atau makanan yang di hangatkan sebenarnya tidak baik untuk kesehatan. Begitulah ulasan yang telah saudari Gina sampaikan.
    Bagi sebagian besar orang, menghangatkan makanan merupakan suatu hal yang biasa untuk dilakukan. Sisa makan malam atau makanan beku untuk sarapan adalah hal yang wajar untuk dihangatkan. Hal tersebut dilakukan dengan alasan menghemat waktu atau membuat makanan menjadi tidak mubazir. Menghangatkan makanan boleh saja dilakukan asalkan sesuai dengan aturan agar makanan yang dihangatkan tetap memiliki manfaat dan tidak memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan.

    Ketika memanaskan makanan, sebaiknya jangan terlalu panas, maksimal di bawah 80 derajat celcius. Sebab, suhu yang terlalu panas dapat merusak beberapa kandungan nutrisi yang ada dalam makanan, seperti vitamin B kompleks dan vitamin C. Pemanasan yang berulang-ulang juga dapat mengubah zat makanan menjadi racun atau karsinogen.
    Silahkan kunjungi link dibawah ini untuk info lebih lanjutnya
    http://1health.beritasatu.com/id/article/category/diet-&-nutrition/bahaya-menghangatkan-makanan-865.html
    Terimakasih Gina, semoga bermanfaat untuk kita semua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yapss benar kata haniBagi sebagian besar orang, menghangatkan makanan merupakan suatu hal yang biasa untuk dilakukan. Sisa makan malam atau makanan beku untuk sarapan adalah hal yang wajar untuk dihangatkan. Hal tersebut dilakukan dengan alasan menghemat waktu atau membuat makanan menjadi tidak mubazir.padahal kita itu harus menjaga makann yg kita makan.. Toh klu sakit kita yg ngerasain ya han..
      Trimakasih ya han atas tambahannya.. Sangat bermanfaat sekali :)

      Hapus
  21. artikel yang sangat menarik dan informatif teh gina, ternyata banyak jenisnya juga yaa dari genus Clostridium nambah wawasan lagi deh. ternyata Clostridium perfringens berbahaya juga ya dapat menyebabkan keracunan makanan akibat bakteri yang satu ini, keracunan makanan akibat Clostridium perfringens merupakan infeksi pada saluran cerna yuang terjadi akibat memakan makanan yang terkontaminasi bakteri ini , saat bakteri sampai pada usus dia mengeluarkan toksin. selain pencegahan yang yang telah disampaikan pada artikel dan tambahan dari temen temen, linda ingin menambahkan pencegahan yang lain terutama pada makanan sperti: masak makanan dengan suhu yang dianjurkan, apabila makanan tidak habis dimakan bisa disimpan di suhu yang lebih hangat >60 C atau pada suhu dingin <5 C, makanan harus dipanaskan kembali sampai mencapia suhu 74 C sebelum disajikan , makanan yang sudak lama disimpan tidak baik walaupun kelihatannya masih dalam keadaan baik (http://medicastore.com/penyakit/457/Keracunan_Makanan_Akibat_Clostridium_perfringens.html). Semoga bermanfaat tdan terima kasih untuk artikel yang informatif teh gina.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya lin bnar memang klu bakteri ini bisa menhasilkan racun.. Maka dari itu ayoo kita jaga kesehatan makann yg kita makan..
      Trimkasih ya lin atas tambahannya :)

      Hapus
  22. Artikel yang sangat memberikan informasi Ghina, saya setuju dengan pemaparan pada artikel Ghina, izin menambahkan bahawa berdasarkan hasil penelitian Penyakit clostridial necrotic enteritis (CNE) ini terlihat jelas pada ayam pedaging ataupun ternak lain seperti anak sapi yang digemukkan. Kasus klinis CNE yang disebabkan C. perfringens.Empat isolat C. perfringens tipe C yang berhasil diisolasi berpotensi sebagai kandidat vaksin terhadap CNE. Vaksin hidup koksidia ataupun koksidia yang berasal dari infeksi alami, bersama dengan C. perfringens mempunyai efek sinergis bagi terjadinya CNE, dan merupakan faktor predisposisi yang paling berperan untuk terjadinya CNE (P<0,01). Kolonisasi C. perfringens pada usus dapat berkembang dengan cepat karena lingkungan usus yang sesuai. Lingkungan yang sesuai tersebut sukar diprediksikan karena ditentukan oleh faktor-faktor yang sangat kompleks seperti komposisi pakan, faktor genetik, erosi atau perlukaan dinding usus yang dapat disebabkan berbagai penyebab, pertumbuhan ayam yang terlalu cepat, sistem pemberian pakan dan minum, imunitas dan lain sebagainya. Usaha pengendalian CNE terutama harus ditujukan untuk menekan faktor yang dapat menyebabkan erosi dinding gizzard atau usus, menghindarkan infeksi koksidia, menjaga kebersihan kandang, sistem manajemen yang baik, tipe kandang dan kepadatan ayam yang baik, pemberian probiotik atau memberikan kekebalan pada ayam dengan cara vaksinasi.
    Adapun info lebih lengkap pada: http://oaji.net/articles/2015/1610-1424060490.pdf

    Terima kasih Ghina, informasi yang sangat bermanfaat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaapss memang benar bakteri ini sering terdapat di daging dagingan yaa mosalnya daging ayam..maka dari itu ayoo kita lbh berhati hati lgi nika akan makan daging.. Trimkasih ya dian atS tambahannya.. Samgt bermanfaat sekli:)

      Hapus
  23. artikel menarik dan sangat informatif teh gin. sangat bagus pembahasannya saya kira sudah cukup jelas yang ditulis teh gina dalam artikel ini. izin menambahkan teh gin yaaa mengenai bakteri lainnya yang dapat menghasilkan racun. penasaraaaan ??? boleh di cek teh gin disini yaa http://www.pipimm.or.id/admin/file/bukuputih/buku%20putih%20bab%20III.pdf semoga bermanfaat untuk tambahan informasi nya. selamat sore :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih mauliza atas tambahannya.. Waahh ternyata masih bnyk ya bakteri yang dapat menghasilkan racun.. Tidak hanya bakteri clostridium feprongens aja ternyata yg dpt menghasilkan racun yg berbahaya bagi tubuh kita.. Trimkasih ya mauliza :)

      Hapus
  24. artikel yang sangat rapih dan mudah dipahami teh gin aku hanya ingin menambahkan tentang pengontrolan bakteri ini pada ayam. info lebih lengkapnya bisa di cek nih disini http://www.saranasatwa.com/index.php?option=com_content&view=article&id=95:43&catid=35:artikel&Itemid=57. terimakasi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimkasih rani atas tambannya.. Sangat bermanfaat sekali bagi saya dan para pembaca yg laiinya:)

      Hapus
  25. menarim sekali teh, saya hanya ingin menambahkan bahwa Beberapa strain Clostridium perfringens menghasilkan enterotoksin yang kuat, terutama bila tumbuh dalam masakan daging. Kerja enterotoksin Clostridium perfringens meliputi hipersekresi yag nyata dala jejunum dan ileum, disertai kehilangan cairan dan elektrolit pada diare. Bila lebih dari 108 sel vegetative termakan dan bersporulasi dalam usus, terbentuk enterotoksin. Enterotoksin adalah suatu protein yang tampaknya identik dengan komponen pembungkus spora, berbeda dengan toksin klostridia lainnya, menyebabkan diare hebat dalam 6-18 jam penyakit ini cenderung sembuh sendiri. Keracunan makanan karena Clostridium perfringens biasanya terjadi setelah memakan sejumlah besar klostridia yang tumbuh dalam makanan daging yang dihangatkan.
    http://www.microba.files.wordpress.com/2008
    Thanks yah teteh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimkasih suadah atas tambahannya.. Sangat bermanfaat sekali informasinya.. Ananti daya akan baca tntang tambahannya .. Trimkasih suadaha:)

      Hapus
  26. Artikel yang dibuat oleh Ghina sangat menarik dan informatif sekali. Bertambah lagi wawasanku tentang bakteri :) Benar sekali apa yang dipaparkan oleh Ghina dan juga materi yang telah disampaikan sudah jelas sekali. namun, saya hanya ingin menambahkan sedikit saja, ternyata spora Clostridium perfringens tahan panas, sehingga keracunan akibat Clostridium biasanya sulit dihindari. Selain itu, tidak mudah juga untuk mengetahui seseorang telah terjangkiti Clostridium perfringens strain tertentu. Oleh karena itu, tidak ada vaksin yang dapat secara efektif mencegah pertumbuhan Clostridium perfringens. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sumber berikut: https://www.academia.edu/6738603/Perfringens-edited_dikit

    Terima kasih Ghina :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimkasih windi atas tambahnnya sangat bermanfaat sekali.. Maka dari itu ayoo kita lbh menjaga makann yg akan kita makan .. Karena semuanya mulai dari diri sendiri :)

      Hapus
  27. artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, pemaparan gina dalam artikel ini sudah cukup jelas, saya di sini hanya ingin manambahkan sedikit info, bahwa Vitamin dan asam laktat yang dihasilkan dalam minuman yogurt yang mengandung bakteri lactobacillus dapat berfungsi sebagai antioksidan dan menekan pertumbuhan bakteri Clostridium perfringens penyebab radang usus. selengkapnya bisa gina baca di http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/1860/print. semoga bermanfaat, terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih pipit atas tambahannya.. Sangat bermanfaat sekali bagi saya.. Dan para pembaca yg lain..
      Iya saya setuju dengan pipit..bahwa Vitamin dan asam laktat yang dihasilkan dalam minuman yogurt yang mengandung bakteri lactobacillus dapat berfungsi sebagai antioksidan dan menekan pertumbuhan bakteri Clostridium perfringens penyebab radang usus. Maka dari itu bnyak dokter yg menyarankan untuk minum yogurt.. :)

      Hapus
  28. Hai Ghina ^^/~~ mau memberikan tambahan informasi nih hehe berdasarkan sumber http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1127/Haris%20Daulay%20-%200704111765.pdf?sequence=1

    Bakteri C. perfringens adalah salah satu bakteri patogen yang bisa
    digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu perairan. Spora clostridium patogenik, terutama yang menyebabkan gas gangrene. Spora tersebut dapat hidup di dalam sedimen dalam waktu yang relatif lama dan bahkan dapat berkembang biak pada kondisi tersebut.
    Adanya peningkatan pada keberadaan spora C. perfringens yang dapat
    menyerupai presistensi enterovirus di lingkungan laut.

    Terima kasih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimaksih au atas tambahnnya.. Sangat bermanfaat sekali..
      Wawsan tntang bakteri ini semakin bertambah.. Dan saya baru tahu juga ternyataBakteri C. perfringens adalah salah satu bakteri patogen yang bisa
      digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu perairan.
      Trimakasih au :)

      Hapus
  29. wahhh dari beberapa artikel yang sudah saya baca, ternyata anyak sekali bakteri yang menyukai usus manusia, dari mulai yang baik sampai yang jahat :D...
    untuk pencegahan pertumbuhan bakteri ini menurut sumber lain yang saya baca yaitu selalu menyimpan makanan ditempat yang bersih atau disimpan dipendingin (kulkas) dan atau menghangatkan terlebih dahulu makanan yang akan dimakan
    http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar kata kakauntuk pencegahan pertumbuhan bakteri ini menurut sumber lain yang saya baca yaitu selalu menyimpan makanan ditempat yang bersih atau disimpan dipendingin (kulkas) dan atau menghangatkan terlebih dahulu makanan yang akan dimakan. Saya sependapat dengan kaka..
      Trimkasih ka atas tambahannya :)

      Hapus
  30. terima kasih teteh ghina untuk tulisan yang bermanfaat ini :)
    saya setuju dengan teteh ghina bahwa bakteri C. perfringens ini menghasilkan toksin. symptom bagi pasien yang terinfeksi adalah mual dan diare, inkubasi sekitar 6 sampai 24 jam namun jarang berakibat fatal :) seperti yang ditulis di http://www.foodborneillness.com/clostridium_perfringens_food_poisoning/ :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya neng sma sma.. Iya neng memang bnar.. Tapi itu tergantung typenya.. Jka typenya berbahaya maka akan berakibat fatl.. Trimkasih neng :)

      Hapus
  31. Artikel yang bermanfaat..menarik..Ghina_^,,bahwa bakteri ini juga bersifat patogen dalam tubuh kita..yang bisa merusak inangnya..
    saya setuju dengan penjelasan yang ghina paparkan..
    mengingatkan saya untuk lebih menjaga kesehatan dalam usus kita...

    Terima kasih.._^

    BalasHapus