Jumat, 24 April 2015

MIKROBA dan MATA BINTITAN (HERDEOLUM)



MIKROBA dan MATA BINTITAN (HORDEOLUM)

            Dari dulu sampai sekarang banyak sekali orang yang menganggap bahwa mata bintitan disebabkan karena habis menintip sesuatu yang negatif. Tapi sebenarnya apa sih yang menyebabkan mata bintitan itu? Apakah benar asumsi masyarakat mata bintitan itu terjadi karena mengintip hal yang nga baik ? maka, daripada itu ayo kita bahas...

Apa itu Mata bintitan (HORDEOLUM) ???

Mata bintitan adalah sebuah bisul kecil atau besar yang terletak di kelopak mata. Dalam ilmu kedokteran sakit mata bintitan ini dikenal dengan nama hordeolum yaitu infeksi yang disebabkan bakteri di dekat akar bulu mata atau pada kelopak mata. Infeksi jenis ini sangat banyak dijumpai dan biasanya tidak parah meski menimbulkan rasa sakit tapi dalam beberapa kasus juga ada yang semakin hari mata bintitan ini semakin parah. Bakteri yang menyebabkan penyakit hordeolum ini adalah  bakteri Staphylococcus aureus.
Gejala mata bintitan
Gejala sakit mata bintitan ini biasanya ditandai dengan adanya benjolan berwarna kemerahan diarea kelopak mata baik diatas mautup dibawah dan biasanya disertai dengan bintik berwarna putih atau kuning dibagian tengahnya. Semakin lama penderita penyakit ini akan merasakan sebuah benjolan yang semakin membesar/membengkak yang menyebabkan rasa gatal, mata cepat mengeluarkan cairan dan susah untuk mengedipkan mata. Berdasarkan letak terjadinya, mata bintitan (hordeolum) dibagi menjadi dua bagian yaitu, mata bintitan interna dan mata bintitan ekstern.
·         hordeolum interna : jenis hordeolum ini terjadi pada bagian kelenjar meibom, dan mengarah pada selaput kelopak mata bagaian dalam.
·         hordeolum eksterna : terjadi pada kelenjar zeis dan moll dimana bejolan mengarah pada bagian luar kelopak mata.

Apa itu bakteri Staphylococcus aureus ???

Bentuk bakteri (Staphylococcus aureus)


Staphylococcus aureus termasuk kedalam bakteri Gram positif yang berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, yang mana tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, berantai pendek, berpasangan, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, dan dinding selnya mengandung dua komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam teikhoat, fakultatif anaerob, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ; Novick et al., 2000).
Metabolisme dapat dilakukan secara aerob dan anaerob. Infeksi yang disebabkan di golongkan sebagai penyakit menular/lokal (biasanya) atau menyebar (jarang). Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1μm dan tersusun dalam kelompok tak beraturan. S.aureus menghasilkan koagulase, suatu protein mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah diberi oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam banyak serum. Bakteri yang membentuk koagulase dianggap mempunyai potensi menjadi patogen invasif.
            S. ureus dapat ditemukan di kulit dan di hidung manusia, (Hidung biasanya dianggap tempat utama berkembangnya kolonisasinya) dan ada kalanya dapat menyebabkan infeksi dan sakit parah. Pada osteomielitis, fokus primer pertumbuhan S.ureus secara khas terjadi di pembuluh-pembuluh darah terminal pada metafisis tulang panjang, mengakibatkan nekrosis tulang dan penanahan menahun.
Staphylococcus aureus juga penyebab intoksitasi dan terjadinya berbagai macam infeksi seperti pada bintitan, jerawat, bisul, juga pneumonia, empiema, endokarditis, atau penanahan pada bagian tubuh mana pun Leukosidin; toksin S.aureus ini dapat mematikan sel daraH putih pada banyak hewan yang terkena oleh toksin ini, tetapi peranannya dalam patogenesis tidak jelas, sebab staphylococcus patogen tidak mematikan sel-sel darah putih dan dapat difagositosis seefektif jenis yang tidak patogen, namun bakteri tersebut mampu berkembang biak dengan sangat aktif di dalam sel.
40-50% manusia adalah pembawa S.aureus dalam hidungnya, dan dapat di temukan di baju, sprei, dan benda-benda lainnya sekitar manusia. Kebanyakan orang mempunyai staphylococcus pada kulit dan dalam hidung atau tenggorokan. Infeksi ganda yang berat pada kulit mis; jerawat. Pada jerawat, lipase staphylococcus melepaskan asam-asam lemak dari lipid dan menyebabkan iritasi jaringan.
Bahan makanan yang disiapkan menggunakan tangan, seperti penyiapan sayuran mentah untuk salad, juga berpotensi terkontaminasi S. aureus. . Keracunan oleh S. aureus diakibatkan oleh enterotoksin yang tahan panas yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Infeksi S.ureus dapat juga di sebabkan oleh kontaminasi langsung pada luka, misalnya pada infeksi luka pascabedah oleh staphylococcus atau infeksi setelah trauma (osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka, menigitis setelah fraktur tengkorak)
Bila S.aureus menyebar dan terjadi bakteremia, dapat terjadi endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis, atau infeksi paru-paru. Gambaran klinisnya mirip dengan gambaran klinis yang terlihat pada infeksi lain yang melalui aliran darah. Bakteremia, endokarditis, pneumonia, dan infeksi hebat lain yang disebabkan oleh S.aureus memerlukan terapi intravena yang lama dengan penicilin yang resisten terhadap β-laktamase. Vankomisin sering dicadangkan untuk staphylococcus yang resisten terhadap nafsilin. Jika infeksi disebabkan oleh S.aureus yang tidak menghasilkan β-laktamase, penicilin G merupakan obat pilihan, tetapi hanya sedikit strain S.aureus yang peka terhadap penicilin G.
Faktor Virulensi S. Aureus

S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin, contohnya :
1. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses
fagositosis. Tes adanya aktivtias katalase menjadi pembeda genus Staphylococcus dari Streptococcus (Ryan et al., 1994; Brooks et al., 1995).
2. Koagulase
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut. Esterase yang dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis (Warsa, 1994).
3. Hemolisin
Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisisn, dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni S. aureus pada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan Stafilokokus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan isis pada sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba (Warsa, 1994).


Bagaimana cara mengobati hordeolum ??
Penyakit bintitan ini bisa terjadi jika daerah sekitar mata yang kurang terjaga dengan baik. Penderita hordeolum sebaiknya mengurangi frekuensi berada di luar rumah agar terhindar dari debu dan polusi udara. Penggunaan make up di daerah sekitar mata dan lensa kontak juga perlu dihentikan selama masa pengobatan. Bagian mata yang terkena hordeolum dikompres dengan air hangat selama 10 menit sebanyak 4 – 6 kali dalam sehari. Air hangat ini dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri dan gatal yang timbul. Tidak boleh mengeluarkan nanah dari hordeolum dengan cara memencetnya, karena dapat memperparah pembengjkakan karena bagian yang tidak terkena hordium bias terkontaminasi, sehiongga harus dibiarkan pecah dengan sendirinya. Jika sudah pecah maka dibersihkan dengan air hangat dan kapas dengan hati-hati.
Jika kondisi hordeolum bertambah parah dan menyebar, mintalah obat antibiotik berupa salep, tetes mata, atau obat minum pada dokter untuk membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi tersebut. Kondisi bintitan akan sangat menggangu kenyamanan dan kepercayaan diri kita dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu lakukan cara-cara berikut ini untuk mencegah terjadinya bintitan pada mata:
1.      Pola hidup sehat. Munculnya hordeolum bisa kita cegah dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Cara yang paling mudah adalah dengan membiasakan diri mencuci tangan sebelum atau setelah beraktivitas. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun merupakan salah satu upaya untuk membasmi kuman penyebab penyakit.
2.        Hindari menggosok mata dengan tangan. Tanpa disadari benda-benda yang kita sentuh merupakan sarang kuman penyakit, contohnya seperti pulpen, handphone, keyboard, dan lain-lain. Oleh karena itu, saat mata terasa gatal atau lelah, hindari menggosok mata dengan tangan. Sebaiknya usap perlahan saja dengan menggunakan tissue atau handuk bersih untuk mencegah kotoran masuk ke dalam mata.
3.        Make up. Bersihkan sisa-sisa make up pada wajah sampai benar-benar bersih. Perhatikan juga tanggal kadaluarsa pada make up yang akan kita pakai dan jagalah kebersihan alat-alat make up agar tidak terkontaminasi oleh kuman.
4.        Jaga kebersihan mata. Daerah di sekitar kelopak mata harus rutin dibersihkan agar tidak ada debu dan minyak yang menumpuk. Saat berada di lingkungan berdebu, gunakanlah kacamata pelindung agar mata tidak mudah terkena iritasi.
5.        Istirahat yang cukup. Mata kita membutuhkan waktu istirahat yang cukup. Oleh karena itu, pejamkanlah mata selama beberapa menit ketika mulai terasa lelah. Kondisi mata yang terlalu lelah akibat kurang tidur dan banyaknya aktivitas dapat memicu terjadinya hordeolum.
jadi, mata bintitan itu bukan karena melihat yang tidak baik (negatif) tetapi dikarenakan bakteri, akan tetapi factor kurang menjaga kebersihan juga yang menyebabkan bakteri itu ada dan menyebabkan bintitan pada mata. Maka daripada itu mari, kita jaga kebersihan diri kita sendiri.TRIMAKASIH….
“SEMOGA BERMANFAAT “


Daftar pustaka
Brooks, G.F., J.S. Butel, and L.N. Ornston. 1995. Medical Microbiology. 4th ed. Conecticut: Appleton & Lange, Simon & Schuster Company. p.197-202.
Jawetz, Ernest., 1996, Mikrobiologi Kedokteran edisi 20, EGC, Jakarta.
Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. hal. 103-110.
Ahmad muslihin. Cara mengobati bintitan .http://mediskus.com/penyakit/cara-mengobati-bintitan.html. 2015