Si Penghasil Racun
(Clostridium perfringens )
· > Apa
bakteri Clostridium perfringens itu?
Klasifisikasi
:
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Firmicutes
Class
: Clostridia
Order
: Clostridiales
Family
: Clostridiaceae
Genus
: Clostridium
Species
: Clostridium perfringens
Bakteri Clostridium perfringens merupakan
salah satu bakteri pathogen invasive gram positif yang memiliki bentuk batang,
non motil dan juga termasuk kedalam kelompok pembentuk endospore yang merupakan
penyebab terjadinya keracunan pada pangan. Bakteri Clostridium perfringens juga termasuk kedalam bakteri anaerob. Suhu
yang dibutuhkan bakteri ini untuk pertumbuhan sel vegetatifserta germinasi
spora dan tumbuh kembali bervariasi antara suhu 10-520C, dengan suhu
optimumnya sekitar 450C. Pada suhu optimum bakteri ini
bermultiplikasi sel dengan sangat cepat, lamanya kira-kira 9 menit (Ray : 2001).
Secara alami Bakteri Clostridium perfringens
hidup atau dapat ditemukan di tanah dan flora normal dari saluran usus
manusia serta hewan-hewan tertentu yang mana dapat ditularkan melalui bahan makanan
tapi terutama oleh air.
Berdasarkan pertumbuhan, bakteri ini termasuk kedalam
golongan bakteri proteolitik yaitu bakteri yang memproduksi enzim proteinase
ekstraseluler. Enzim ini berfungsi untuk memecah protein yang diproduksi di
dalam sel yang kemudian dilepaskan keluar sel (Wisconsin Department of Health
Service :2011). Semua enzim di dalam selnya memiliki enzim proteinase,
tapi tak semua enzim mempunyai enzim proteinase ekstraseluler. Bakteri Clostridium perfringens ini pembentukan
sporanya bersifat puteraktif yaitu memecah protein secara anaerobic dan
memproduksi komponen-komponen yang baunya busuk contohnya hydrogen sulfide, sulfida, merkaptan, amin, indol, skatol dan
asam-asam lemak (Srikandi : 1992).
Bakteri Clostridium perfringens pada umumnya merupakan bakteri yang bersifat
pathogen pada manusia dan hewan. Maksud dari Pathogen adalah sifat suatu
mikroorganisme yang dapat membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh
inangnya. Hal ini terjadi karena ketika mikroorganisme masuk ke inang dan masuk
kedalam jaringan tubuhnya, maka mikroorganisme ini akan memperbanyak diri, dan
dapat menimbulkan infeksi. Dan Jika keadaan inangnya rentan
terhadap infeksi atau dalam arti sistem pertahanan diri atau sistem imunitasnya
sedang rendah, maka hal ini dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit.
Bakteri ini dapat meghasilkan banyak
eksotoksin. Karena bakteri ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan spora. Spora-spora Clostridium
perfringens ini akan membentuk suatu strain atau barisan
spora. Ada 5 buah strain Clostridium
perfringens yang saat ini dikenal dunia dan 5 strain ini sama-sama memberikan efek toksin yang mematikan.
Sebenarnya, bakteri Clostridium
perfringens dapat menghasilkan 15 macam toksin yang berbeda-beda, akan
tetapi hanya ada 4 toksin yang paling banyak ditemui yaitu toksin Alfa,
Beta, Epsilon, dan Iota. Spora bakteri ini tahan akan suhu ekstrim akan tetapi, ketahanan
terhadap suhu ekstrim ini bervariasi setiap strainnya. Spora yang tahan akan
panas pada umumnya membutuhkan heat shock 75-100 0 C dalam
waktu 5 - 20 menit untuk proses germinasi (perubahan spora menjadi bentuk sel
vegetatif).
Setiap strain dapat menyebabkan penyakit yang berbeda- beda dari
yang penyakit ringan tanpa pengobatan hingga menyebabkan gastroenteritis berat,
yang mana sering berakibat fatal. Jika terinfeksi bakteri Clostridium
perfringens pada umumya ditandai
dengan kram perut dan diare secara intes mulai dari 8 jam hingga 22 jam setelah
mengkonsumsi makanan yang mengandung bakteri Clostridium perfringens. Bakteri
Clostridium perfringens mampu memproduksi toksin keracunan makanan dan
penyakit ini bisa berlangsung sekitar 24 jam.
Proses patogenesisnya bakteri Clostridium perfringens ini pertama, spora klostridia akan mencapai
jaringan dengan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terluka (tanah, feses)
atau dari saluran usus. Spora berkembangbiak pada keadaan potensial
reduksi-oksidasi rendah, sel-sel vegetative berkembangbiak, meragikan
karbohidrat yang terdapat dalam jaringan dan membentuk gas. Peregangan jaringan
dan gangguan aliran darah, bersama-sama dengan sekresi toksin yang menyebabkan
nekrois dan enzim hialuronidase dapat mempercepat penyebaran infeksi. Nekrosis
jaringan bertambah luas, memberi kesempaan untuk peningkatan pertumbuhan bakteri,
anemia hemolitik, dan akhirnya toksemia berat dan kematian. Menurut artikel
yang saya baca di http://medicastore.com hal itu bisa dihindari jika pengolahan
dan penyimpanan makanan dilakukan dengan baik dan benar. Untuk mencegah
terjadinya kontaminasi dari bakteri Clostridium perfringens dan
jenis bakteri pembusuk lainnya dapat dilakukan beberapa cara dibawah ini :
-
memasak makanan seperti daging atau makanan lain harus dengan suhu yang
dianjurkan. Jika makanan tersebut tidak habis, maka disimpan dengan suhu yang
lebih hangat (>600C) atau pada suhu dingin (<50C).
hal ini dapat mencegah pertumbuhan spora bakteri.
-
makanan yang sudah lama bias berbahaya jika dimakan, walaupun makanannya masih
terlihat bagus.
-
makanan yang mengandung daging harus segera disajikan panas-panas setelah
dimasak.
Dan untuk jika terinfeksi pengobatannya dengan cara
pemberian cairan dan istirahat yang cukup dan pemberian antibiotik tidak
dianjurkan karena hasil penelitian Teuber (1999) tentang kepekaan C.
perfringens terhadap antimikroba dari sampel feses babi menunjukkan
telah terjadi multiresisten terhadap antibiotika, yaitu tetrasiklin,
eritromisin, linkomisin dan klindamisin. Sedangkan penelitian Traub et
al. (1986) pada 23 jenis antimikroba, menunjukkan resistensi C.
perfringens tipe A terhadap klindamisin, josamisin, tetrasiklin
dan kloramfenikol. Teuber dan Perretten (2000), mengemukakan bahwa
resistensi antimikroba dari bakteri komensal dan patogen yang potensial
merupakan ancaman, karena melalui pangan sifat resistensi dapat dipindahkan
dari mikroflora hewan ke mikroflora manusia.
Daftar
Pustaka :
Fardiaz,
Srikandi. Mikrobiologi pangan I.PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
1992.
Ray,
B.
Fundamental Food
Microbiology. Edisi
ke-2. Boca Raton:.CRC Press. 2001.
Wisconsin
Department of Health Service. Clostridium
perfringens. Local Public Health Departement. 2011.
Anonim. Keracunan
makanan akibat bakteri Clostridium
perfringens. http://medicastore.com/penyakit/457/Keracunan_Makanan_Akibat_Clostridium_perfringens.html
. diakses pada tanggal 4 juni 2015 pukul 19.05 wib.
Maya Purwanti, dkk. PERTUMBUHAN Bacillus cereus DAN Clostridium perfringens PADA MAKANAN
TAMBAHAN
PEMULIHAN YANG DIKONSUMSI BALITA PENDERITA GIZI BURUK http://journal.ipb.ac.id/index.php/forumpasca/article/viewFile/5058/3477
. 2008 Diakses pada tanggal 5
juni 2015 pukul 21.52 wib.